Danang Margono

Gurusiana teman terhebat yang pernah aku kenal, ayo .. menulis dengan hati untuk kebaikan sesama...

Selengkapnya
Navigasi Web

MENGAPA HARUS TEMPE ? (Hari ke-47 Tantangan Menulis)

MENGAPA HARUS TEMPE ?

Hari ke-47 Tantangan menulis

By Danang Margono, M.Pd.

“Anak-anak, tugas proyek untuk materi bab 2 bioteknologi adalah membuat tempe ber bahan selain dari kedelai.”jelasku saat mengakhiri pembelajaran. “Kapan dikumpulkannya, pa”tanya Gendis sang jawara kelas. “Tugas ini dilaksanakan mulai hari ini dan dikumpulkan tempenya paling lambat 17 Februari 2020.” Jadi ada waktu 17 hari untuk menyelesaikan proyek ini dan jangan lupa video prosedur pembuatannya dikirim via wa saya ya. Begitulah aku menyampaikan informasi tugas proyek ini. “Bagaimana cara pembuatannya pa”tanya Nadia lebih lanjut. “Untuk mencari informasi bagaimana membuatnya dan hal-hali lain berkenaan dengan teknisnya silakan kalian searching di pojok literasi, OK”jelasku.

Begitulah saya menutup sesi pembelajaran ini dengan tugas proyek membuat tempe berbahan selain dari kedelai. Bisa menggunakan bahan dari kacang hijau, kacang tanah, jagung atau kacang jenis lainnya. Tugas ini merupakan tugas kelompok sebagai tagihan penilaian keterampilan materi bioteknologi.

Di kelas lain mencoba dengan tugas proyek berbeda tapi masih dalam materi bioteknologi konvensional. Ada yang mencoba membuat tapai dari singkong, ada yang mecoba membuat tapai ketan dan berbagai tempe selain berbahan kedelai.

Beberapa hari kemudian mereka sudah membawa tempe hasil kerja proyeknya. Ada yang sudah bagus dalam membuat kemasannya, ada yang masih sangat sederhana, ada juga yang belum berhasil jadi tempenya. Bagi yang belum berhasil saya sruh untuk mengulangi lagi percobaanya dengan benar, dengan komposisi yang baik.

Tempe hasil olahan beberapa kelompok yang sudah jadi dan baik selanjutnya dinulai dan digoreng saat itu juga di kantin dan dinikmati bersama-sama dengan teman sekelas. Sejak awal memang disepakati bahwa produk tempenya akan digoreng, dinikmati bersama teman sekelas tentunya saya juga ikut mencicipi. Terdengar celetuk anak dibelakang ynag sedang menikmati tempe goring, “wah, enak juga yah. Kayaknya lebih gurih ini tempenya ya?”. “Ya, tentu saja, tempe dari bahan lain selain kedelai juga rasanya sangat enak,”jawabku sambil menikmati tempe bersama anak-anak di kelas.

Ya, ini memang luar biasa. Aku bangga dengan kerja keras anak-anakku yang telah bersusah payah mencari prosedur pembuatan tempe sendiri kemudian membuat tempe olahan baru ini kemudian mendokumentasikannya dalam video. Dalam hatiku, ternyata kalau kita memberikan kepercayaan kepada anak-anak untuk mengeksplor kemempuannya ternyata berbuah manis. Ternyata mereka sanggup menyelesaikan tantangan proyek ini dengan baik.

Ternyata mereka bisa memperoleh ide-ide cemerlang pembuatan berbagai jenis tempe. Justru ide mereka akan berkembang ketika memperoleh tantangan. Melalui tugas proyek ini mereka sudah berusaha belajar bekerjsama dengan tim, belajar melakukan komunikasi dengan baik. Jadi melalui proyek ini kemampuan kolaborasi dan kemampuan komunikasi mereka bisa tumbuh dan berkembang. Arend, (2012) menyatakan pembelajaran yang efektif harus mampu memfasilitasi siswa untuk bereksperimen, mengajukan pertanyaan dan menemukan jawaban, mengonfirmasi temuannya dengan teman lain

Melaui model Project Based Learning (PjBL) ini siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan penyelidikan untuk mengetahui hal yang kompleks, bukan hanya untuk mengetahui informasi factual semata. Model ini terbukti sanggup membuat siswa mengalami proses pembelajaran yang bermakna (meaningfull) yang dikembangkna dari pembelajaran konstruktivisme.

Model pembelajaran ini juga memberikan kebebasan kepada siswa untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksankan proyek secara Kelompok (kolaboratif) dan akhirnya menghasilkan produk yang dapat dipresentasikan kepada orang lain (belajar berkomunikasi). Hal ini sesuai pendapat Kamdi dalam kemendikbud (2017) bahwa model PjBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan meningkatkan kecakapan kolaboratif siswa.

Demikianlah best practice kali ini, sekian dan terima kasih.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren

07 Mar
Balas



search

New Post