Danang Margono

Gurusiana teman terhebat yang pernah aku kenal, ayo .. menulis dengan hati untuk kebaikan sesama...

Selengkapnya
Navigasi Web
SIAPA YANG DISEBUT ANAK ?  (Hari ke-64 tantangan menulis)
hari ke-64 tantangan menulis

SIAPA YANG DISEBUT ANAK ? (Hari ke-64 tantangan menulis)

SIAPA YANG DISEBUT ANAK ?

hari ke-64 tantangan menulis

by Danang Margono, M.Pd.

Menurut data dari kementerian pemberdayaan perempuan dn perlindungan anak tahun 2018. Diketahui profil komposisi penduduk di Indonesia sebagai berikut : jumlah penduduk Indonesia sebanyak 262 juta, sedangkan jumlah keluarga 65 juta dan jumlah anak di indoensia 79,6 juta.

Data profil itu juga menunjukkan bahwa jumlah orang dewasa sekitar 66,6 % dan jumlah anak-anak sekitar 33,4%. Dari jumlah 33,4 % jumah anak di Indonesia terinci sebagai berikut : sebanyak 29% berada pada usia 0-4 tahun; 28% pada rentang usia 5-9 tahun; 27% pada rentang usia 10-14 tahun dan sebanyak 16% pada rentang usia 15-17 tahun.

Sebenarnya siapa yang disebut anak ? apakah mereka yang masih balita?, ataukah mereka yang masih bersekolah pada jenjang TK sampai SD, ataukah mereka yang bersekolah di SD sampai SMP?. Pertanyaan ini harus dijawab melalui Undang-undang anak.

Menurut Undang-undang anak pasal 1 (1) yakni Undang-undang No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Jadi jelaslah siapa saja yang usianya masih di bawah 18 (delapan belas) tahun termasuk yang masih berada dalam kandungan itulah anak.

Bagaimana mengapa kita harus melindungi anak? Bagaimana karakter mereka?. Setiap anak adalah pribadi dengan gaya dan ciri yang khas. Anak sangatlah unik, berbeda dengan yang lainnya meskipun kembar sekalipun. Mereka tetap mempunyai karakter yang berbeda.

Selain unik dan aktif, sifat yang lainnya adalah bahwa anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Mereka akan selalu bertanya ketika dihadapkan pada hal atau sesuatu yang baru.

Wahai para orang dewasa, ketahuilah salah satu sifat anak yang paling menonjol bahwamereka adalah peniru ulung. Menurut penelitian tahun 2015 ditemukan bahwa 70 persen orang tua mengatakan bahwa anaknya meniru mereka. Anak menganggap orang tua adalah idolanya. Mereka ngefans dengan orang tua.

Lalu bagaimana orang dewasa harus bersikap dengan karakter anak ini ? anaka jelas akan meniru apa yang dilakuka oleh orang dewasa(orang tua). Mereka aan meniru perilaku orang tuanya entah erilaku baik atau perilaku buruk. Orang tua yang suka membentak, maka anak akan meniru gemr embentak yang bis dilakukan kepada adiknya atau sepupunya.

Bahkan bahasa tubuh kita juga ditirru. Bagaimana kita muka kita saat kita menggerutu atau cara cemberut. Itupun ditirunya dengan baik. Anak yang aktif berarti orang tuanya aktif. Orang tua ang malas maka anaknyapun akan mals. Jadi kesimpulannya anak merupakan representasi dari orang tuanya.

Maka dalam konteks Sekolah Ramah Anak, hal yang harus dilakukan orang dewasa terhadap anak adalah memberikan keteladanan. Di sekolah, peserta didik kita akan meniru perilaku orang dewasa yang ada di sekolah yakni guru, satpam, staff tata usaha, penjaga sekolah sekalipun atau kepala sekolahnya.

Kita sang guru menganjurkan kepada siswanya untuk tidk merokok. Tapi di lingkungan sekolah mereka (siswa) melihat banyak orang dewasa disekolah yang tampak sedang merokok. Maka anjuran ini hanya akan sia –sia saja karena ada di antara kita orang dewasa di sekolah yang tidak melaksanakannya.

Kita menyuruh siswa untuk tidak datang terlambat. Siswa akan berdiri di depan gerbang ketika kesiangan karena gerbang telah ditutup. Eh, ternyata begitu ada guru yang terlambat pintu gerbang dibuka. Dalam hati mereka akan berkata, “pak/bu guru terlambat kok boleh masuk?”. Kalau sudah seperti ini maka tata tertib hanyalah tulisan belaka yang tidak mempunyai taring dan wibawa.

Kita menyuruh anak untuk tidak saling membully temannya. Tapi di kelas, tanpa terasa kadang kita memanggil salah satu siswa dengan panggilan si gendut, si hitam, bodoh, dan kata-kata lain yang tanpa sengaja itu adalah suatu bullying yang pastinya akan ditiru mereka, ditiru siswa kita.

Begitu mudahnya kan kita mengucapkan keteladanan. Ternyata kata keteladanan itu sangat mudah diucapkan tapi sangat berat untuk dilaksanakan. Maka ayo mulai keteladanan dari diri kita dulu mulai dari sekarang sehingga rekan-rekan kerja kita juga akan meneladani kita. Kalau sang guru sudah bersikap baik insya Allah anak-anak kita juga akan berbuat baik.

Kalau semua guru di Indonesia sudah memberikan keteladanan (baik sikap, karakter dan tingkah laku) yang baik dan positif terhadap peserta didiknya. Yakinlah semua peserta didik di seluruh Indonesia akan meniru da meneladani guru-gurunya. Maka semuaanak di Indonesia juga akan berperilaku, berkarakter, bertindak yang baik. Ayo keteladanan ini kita mulai dari diri kita, mulai dari sekarang… aamiin 2X.

Selesai, terima kasih...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post