Danang Margono

Gurusiana teman terhebat yang pernah aku kenal, ayo .. menulis dengan hati untuk kebaikan sesama...

Selengkapnya
Navigasi Web
SRA SOLUSI MASALAH KEKERASAN DI DUNIA PENDIDIKAN  (Hari ke-55 tantangan Menulis)
hari ke-55 tantangan menulis

SRA SOLUSI MASALAH KEKERASAN DI DUNIA PENDIDIKAN (Hari ke-55 tantangan Menulis)

SRA SOLUSI MASALAH KEKERASAN DI DUNIA PENDIDIKAN

Hari ke-55 tantangan Menulis

By Danang Margono, M.Pd.

Akhir-akhir ini kita dihebohkan dengan berita yang menyayat perasaan kita. Berita yang seharusnya tidak terjadi di dunia pendidikan. Berita ini menggemparkan dan dinilai mencoreng muka pendidikan Indonesia. Ya, maraknya kekerasan yang terjadi di institusi tempat terjadinya proses belajar, tempat dimana mereka belajar tentang nilai-nilai karakter. Bagaimana dan mengapa kekerasan ini bisa terjadi ? bagaimana meredam dan mengikis kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan?

Menurut bahasa kekerasaan merupakan sebuah ekspresi baik yag dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang atau sekelompok orang umumnya berkaitan dengan kewenangannya.

Jelaslah bahwa kekerasan dapat berupa kekerasan fisik, verbal bahkan sekarang terdapat juga kekerasan seksual. Kekerasan bisa dilakukan oleh siswa terhadap siswa, atau guru terhadap siswa atau kebalikannya. Kekerasan verbal mempunyai dampak lebih buruk dari kekerasan fisik yang bekasnya terlihat dan bisa disembuhkan dengan obat. Kekerasan verbal membutuhkan waktu lama dalam pemulihan. Kekersan ini juga bisa menghilangkan sikap keprcayaan diri. Salah satu contoh kekerasan verbal adalah bullying. Korban bullying akan mengalami trauma lebih lama dari kekerasan fisik.

Dalam rangka mengikis kekerasan di sekolah kementrian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak telah bekerjasama dengan kementerian pendidikan dan kebudayaan melaksanakan program sekolah ramah anak. Apa itu sekolah ramah anak?

Sekolah Ramah Anak

Sekolah Ramah Anak (SRA) merupakan satuan pendidikan formal, nonformal, dan informal yang mampu memberikan pemenuhan hak dan perlindungan khusus bagi anak termasuk mekanisme pengaduan untuk penanganan kasus di satuan pendidikan. SRA merupakan sekolah bersih, aman, rapi, indah, inklusif, sehat, asri dan nyaman yang peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminatif dan perlakuan salah lainnya serta mendukung partisipasi anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan dan mekanisme pengaduan terkai pemenuhan hak dan perlindungan anak di dunia pendidikan.

Ada empat konsep SRA pertama mengubah paradigma dari pengajar menjadi pembimbing, orang tua dan sahabat anak, kedua bahwa orang dewasa memberikan keteladan dalam keseharian, ketiga memastikan orang dewasa di sekolah terlibat penuh dalam melindungi anak, keempat memastikan orang tua dan anak terlibat aktif dalam memenuhi 6 komponen SRA.

Jadi, prinsipnya bahwa pendidik di sekolah harus HIJRAH HATI. Mengubah mind set dan hatinya bahwa guru tidak hanya sebagai pendidik tapi lebih dari itu yakni sebagai pembimbing, orang tua dan sahabat anak. Hijrah hati bahwa semua anak adalah anak kita. Guru adalah sahabat, pembimbing anak-anak. Hijrah hati bahwa guru harus menjadi teladan keseharian anak.

Kurang lebih 8 jam anak berada di sekolah, maka jadikan sekolah adalah rumah ke-2 tanpa kekerasan. Semua warga sekolah diharapkan melaksanakan kegiatan pencegahan, penanganan dan pembiasaan penumbuhan kepekaaan. Maka ketika ini sudah dilaksanakan maka selama 8 jam anak berada di sekolah akan muncul rasa terlindungi, aman dari kekerasan, bullying dan perlakuan salah lainnya.

Dalam SRA, dilandasi prinsip bahwa semua kegiatan dan program sekolah ditujukan untuk kepentingan terbaik anak, menjunjung tinggi dalam pemenuhan hak-hak anak yakni hak hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi. Tentu saja prinsip ini harus dikomunikasikan dengan 3 pilar pendidikan yakni sekolah, siswa dan orang tua/wali murid.

Pelaksanaan SRA melibatkan enam komponen / indikator, pertama kebijakan sekolah yang ditandai terbentuknya tim SRA dan program pendukungnya, kedua pendidik dan tenaga kependidikan yang terlatih KHA, ketiga pelaksanaan proses pembelajaran yang ramah anak dengan penerapan disiplin positif, keempat sarana prasarana yang ramah anak yang tidak membahayakan anak, kelima partisipasi anak dalam penyusunan program dan kegiatan sekolah, keenam partisipasi orang tua, masyarakat, alumni dan lembaga lain.

Mari bersama-sama mengurangi sampai mengikis habis kekerasan di sekolah. Karena dampak bahaya kekerasan sangat mengerikan. Menurut hasil penelitian Lise Gliot menjelaskan bahwa 1 kali kita membentak/memaki anak maka akan membubuh lebih dari 1 Milyar sel otaknya.jika kita melakukan 1 kali pukulan atau cubitan mampu membunuh 10 Milyar sel otaknya.

Dampak negatif kekerasan sangat mengerikan bukan? Ayo selamatkan anak-anak-anak kita. Selamatkan anan-anak / peserta didik kita dari kekerasan baik kekersan fisik atau kekerasan verbal ataupun kekersan seksual. Karena kekerasan dan peristiwa traumatik menimbulkan sinaps negative dalam memori otak anak dan akan membayangi hidup dan menghambat perkembangan anak. Mari berprinsip bersama bahwa semua anak adalah anak kita.

Kita orang dewasa (guru) seluruh Indonesia mempunyai kewajiban melindungi anak-anak dari kekerasan. Kalau semua sekolah se-indonesia sudah menghindari dan menjamin tidak adanya kekerasan di sekolah, yakinlah seluruh anak-anak di negeri tercinta ini bebas dari kekerasan. Minimal melindungi mereka selama 8 jam di sekolah. Mari jadikan sekolah adalah rumah ke-2 tanpa kekerasan.

Maka marilah kita bersama melaksanakan hal-hal yang positif. Menyanjung, berempati, bersahabat dan menjadi orang tua mereka di sekolah. Karena dengan 1 kali kita melakukan pujian atau pelukan ternyata akan merangsang dan membangun kecerdasan anak lebih dari 10 trilyun sel otaknya.

Luar biasa. Ayo bapak/ibu kita selamatkan generasi emas Indonesia, generasi masa depan bangsa dari kekerasan yang mendera di sekolah. Minimal mengikis habis kekerasan yang ada di sekolah kita masing-masing. Mari selamatkan anak-anak kita, semua anak adalah anak kita. Ayo berikhtiar bersama, bersama pasti ita bisa selamatkan anak-anak didik kita dari kekerasan.

Salam Sekolah Ramah Anak. Anak Senang, Guru Tenang, Orang tua Bahagia. Stop segala bentuk kekerasan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Benar Pak SRA salah satu solusi tentang kekerasan yang terjadi. Sukses selalu dan barakallahu fiik

10 Mar
Balas

Menumbuhkan kesadaran dari semua pihak itu butuh proses dan energi yang luar biasa...Semoga sukses

09 Mar
Balas

Betul sekali bu utik..Kita sudah berusaha sejak 2015 melalui SRA di tingkat nasional..Mohon dukungannya

09 Mar

Sip

09 Mar
Balas

Mkasih bu fauziah

09 Mar

semoga dapat menjadi guru penggerak mewujudkan anti kekerasan

09 Mar
Balas

Iya bu.. sekrang saya udah jadi fasilitator nasional sekolh ramah anak utk berkontribusi mngurangi kekersan di sekolah

09 Mar



search

New Post